Pendahuluan
1.1 Tujuan Praktikum
·
Mempelajari prosedur perlakuan panas
·
Mengetahui pengaruh perlakuan panas dan media pendinginan terhadap kekerasan logam
BAB II
Tinjauan
Pustaka
2.1 Pengertian Heat
Treatment
Heat Treatment adalah serangkaian proses pemanasan dan pendinginan yang tujuannya untuk
mengubah struktur mikro suatu material agar diperoleh sifat mekanik sesuai
dengan yang diinginkan. Pemanasan
dilakukan sampai mencapai temperatur austenit
(912 oC)
2.2 Skema Heat Treatment
·
Heating
(Pemanasan)
Heating adalah proses pemanasan spesimen yang
bertujuan untuk membuat spesimen mencapai temperature austenite ( 912˚C ). Pada
temperature ini butir akan mengembang dan fasa yang terbentuk adalah fasa
austenit
·
Holding
(Penahanan Temperatur)
Holding adalah penahanan temperature spesimen
yang bertujuan untuk membuat temperature pemanasan merata pada semua bagian spesimen.
·
Cooling
(Pendinginan)
Cooling merupakan proses mendinginkan material yang bertujuan
untuk menentukan sifat mekanik sesuai yang diinginkan.
Gambar 2.1 Skema Heat Treatment
Jenis – jenis pendinginan
a.
Annealing
Annealing merupakan proses perlakuan thermal pada material dengan memanaskannya
sampai pada temperatur austenit kemudian di holding,
lalu dilakukan pendinginan lambat di dalam tungku. Tujuannya untuk mendapatkan
sifat mekanik yang ulet dan menghilangkan tegangan sisa. Fasa akhir pearlite
kasar.
b.
Normalizing
Normalizing
merupakan proses perlakuan termal
pada material dengan memanaskannya sampai temperatur austenit kemudian di holding, dan dilakukan pendinginan di
udara terbuka pada temperatur kamar.
Tujuannya untuk mengembalikan ukuran butir. Fasa akhir pearlite halus.
c.
Quenching
Quenching merupakan
proses perlakuan termal pada material dengan memanaskannya sampai pada
temperatur austenit kemudian di holding, setelah itu dilakukan
pendinginan cepat pada media pendinginan berupa oli, air dan media lain. Tujuannya yaitu memperhalus atau memperkecil ukuran
butir sehingga menghasilkan sifat yang keras. Fasa akhir martensite
Oli digunakan karena
tingkat keretakannya rendah daripada air garam dan air dan oli sulit menguap.
Jika spesimen didinginkan di oli maka yang media yang panas hanya disekitar spesimen,
sedangkan jika menggunakan air dan air garam maka media tersebut akan cepat
menguap dan wadah akan panas juga. Jika diurutkan berdasarkan viskositas maka nilai viskositas tertinggi
adalah oli, air, air garam. Jika diurutkan berdasarkan masa jenis maka nilai masa jenis tertinggi
adalah air garam (1025 kg/m3), air (1000 kg/m3), oli (800
kg/m3).
d. Tempering ( Pemanasan Kembali )
Tempering adalah proses
perlakuan panas untuk menghilangkan kegetasan material dengan cara pemanasan
kembali. Material yang telah di quenching kemudian dipanaskan lagi
hingga temperatur eutectoid, lalu di holding dan dilakukan pendinginan lambat.
Tempering terdiri dari :
Ø Martempering
Martempering merupakan proses pencelupan terputus setelah
pencelupan lansung hingga diatas martensit. Kemudian material didinginkan
secara lambat (normalizing), austenite
berubah menjadi martensit yang seragam dan tidak terjadi distorsi. Distorsi
adalah perubahan bentuk atau penyimpangan bentuk oleh panas terjadi karena
pemuaian dan penyusutan sehingga terjadi tegangan sisa termal. Penyebab
terjadinya tegangan sisa adalah akibat permesinan, pendinginan tidak seragam
(contoh: pengelasan dan pengecoran) dan transformasi fasa yang diinduksi pada
pendinginan. Fasa akhir martempering berbentuk martensit temper.
Gambar 2.2 Martempering
Ø Austempering
Austempering merupakan
proses pencelupan tertunda. Dimana setelah pendinginan hingga temperature
diatas martensit dilakukan penahanan temperatur hingga temperatur tersebut
menjadi transformasi isothermal (perubahan
temperature konstan). Kemudian material didinginkan secara lambat (annealing). Fasa akhir berbentuk bainit. Fasa bainit terbentuk karena terjadinya transformasi fasa pada
temperature diatas martensit start dan dibawah perlit finish. Pada austempering, ada dua metode yang bisa
digunakan yaitu:
ü Metode salthbath
adalah proses austempering dengan
menggunakan tungku khusus yaitu salthbath
furnace dan proses pendinginannya dengan cara pencelupan sesaat pada air
garam pada tungku khusus tersebut.
ü Metode timah adalah proses austempering dengan proses pendinginannya dengan cara pencelupan
sesaat pada timah cair pada tungku khusus. Temperatur timah yang akan
dicelupkan spesimen adalah 524oC. Pada metode timah ini akan
menghasilkan terak pada permukaan spesimen.
Gambar 2.3 Austempering
Macam – macam fasa pada heat
treatment :
Fasa
Martensit
Fasa yang memiliki nilai kekerasan tertinggi pada heat treatment,
terjadi karena pendinginan yang sangat cepat (quenching) sehingga karbon tidak
sempat keluar. Bentuk sementit pada butirnya runcing.
Fasa
Martensit Temper
Fasa yang memiliki nilai kekerasan dibawah martensit pada heat
treatment, terjadi karena pendinginan yang sangat cepat (quenching) sehingga
karbon tidak sempat keluar setelah itu dipanaskan kembali dan didinginkan
secara normalizing sehingga kekuatannya berkurang. Bentuk sementit pada
butirnya runcing bulat.
Fasa
Bainit
Fasa
yang memiliki nilai kekerasan dibawah martensit temper pada heat treatment,
terjadi karena pendinginan yang sangat cepat (quenching) sehingga karbon tidak
sempat keluar setelah itu dipanaskan kembali dan didinginkan secara normalizing
sehingga kekuatannya berkurang. Bentuk sementit pada butirnya bulat.
Fasa
Perlit Halus
Fasa yang memiliki nilai kekerasan dibawah bainit pada heat treatment,
terjadi karena pendinginan normalizing. Bentuk sementit pada butirnya lonjong.
Fasa Perlit Kasar
Fasa yang memiliki nilai kekerasan dibawah perlit halus pada heat treatment, terjadi karena pendinginan anealing. Bentuk sementit pada butirnya lonjong dan terdapat lebih banyak Fe3C dari pada perlit halus. |
Sifat mekanik yang didapatkan pada heat treatment adalah kekerasan dan
kekuatan. Selain dari 2 sifat mekanik diatas juga didapat sifat mekanik lain
seperti: keuletan, kelentingan, ketangguhan, dan lain-lain.
Spesimen yang digunakan pada praktikum heat treatment adalah baja ASS AB 760
karena baja ASSAB 760 bersifat polimorfik. Polimorfik adalah kemampuan material
padat untuk berubah menjadi fasa lainnya. Baja ASSAB 760 merupakan baja karbon
menengah yang mana kandungan karbon menengah baik untuk ditingkatkan kekerasan
(sifat mampu kerasnya baik).
Spesimen yang digunakan adalah baja ASSAB 760 dimana
ASSAB adalah Association Swedish Steel AB. yaitu suatu standar baja menurut
asosiasi baja swedia. AB menandakan kode produk. Selain ASS AB ada beberapa
standar baja yaitu:
§ ASTM (American Society for Testing Machine)
§ AISI (American Iron Steel Institute)
§ JIS (Japanese Industrial Standard)
§ ISO (Internasional Standardization Oraganization)
§ AWS (American Welding Society)
Jenis – jenis Perlakuan Panas selain heat treatment
a. Stress-Reliefing
Stress-Reliefing merupakan proses perlakuan panas untuk menghilangkan
tegangan sisa akibat deformasi pada pengerjaan dingin.
Temperatur pemanasannya 600-650 0C dengan proses hot rolling. Contoh : solution treatment.
b. Spheroidizing
Spherodizing
merupakan proses perlakuan panas untuk meningkatkan keuletan dan mampu
proses material dengan cara membulatkan
sementit/karbida. Struktur mikro material
berbentuk bulat. Temperatur pemanasannya adalah 7500C .
c. Homogenizing
Homogenizing
merupakan proses perlakuan panas untuk pemerataan komposisi. Temperatur
pemanasannya adalah 1000-11000C.
2.3 Diagram Fasa Fe-Fe3C
Fasa adalah bagian
homogen dari material yang mempunyai sifat kimia dan sifat fisika yang seragam.
Diagram fasa adalah diagram yang memperlihatkan
fasa-fasa yang terdapat dalam suatu paduan dalam kondisi kesetimbangan
(equilibrium). Fungsi dari diagram fasa adalah memudahkan memilih temperatur
pemanasan yang sesuai untuk setiap proses perlakuan panas baik proses anil,
normalizing maupun proses pengerasan.
Gambar 2.4 Diagram Fasa Fe-Fe3C
Diagram Fe-Fe3C yaitu diagram yang menampilkan hubungan
antara temperatur dan kandungan karbon (%C) selama pendinginan normal. Dari
diagram fasa tersebut dapat diperoleh hasil yaitu berupa informasi penting
yaitu antara lain :
Fasa yang
terjadi pada komposisi dan temperatur yang berbeda dengan pendinginan lambat.
Temperatur
pembekuan dan daerah-daerah pembekuan paduan Fe -C bila dilakukan pendinginan
lambat.
Temperatur
cair dari masing-masing paduan.
Batas-batas
kelarutan atau batas kesetimbangan dari unsur karbon fasa tertentu.
Reaksi-reaksi
material yang terjadi.
Pada diagram fasa terdapat tiga
macam garis yang membatasi perubahan fasa yaitu :
Garis liquidus
Garis
liquidus adalah garis yang
membatasi fasa cair dan padat-cair
Garis solidus
Garis
solidus adalah garis yang
membatasi fasa padat dan padat-cair
Garis solvus
Garis solvus
adalah garis yang membatasi fasa padat dan padat
Jenis – jenis Fasa
1.
Fasa
Tunggal adalah sistem yang terdiri
dari satu fasa
Fasa yang terdiri dari satu fasa.
Contoh:
Austenite (g)
Liquid (L)
Cementite (Fe3C)
Dendrit ( δ )
Ferrite ( α )
2.
Fasa Ganda
adalah pengabungan dua fasa tunggal atau fasa tunggal dengan fasa campuran yang membentuk sifat baru
Contoh:
Liquid + Austenit
Ferit +Austenit
Dendrit + Liquid
Dendrit + Austenit
3.
Fasa Campuran
Gabungan fasa tunggal dengan senyawa (Fe3C)
Contoh :
Pearlit
Lediburid
Reaksi
invariant adalah reaksi yang melibatkan tiga fasa dimana dua fasa menjadi satu
fasa atau sebaliknya.
Terdapat tiga titik invariant, yaitu :
1. Titik Eutektoid
Titik pada diagram fasa dimana pada saat pendinginan satu fasa padat
bertransformasi menjadi dua fasa padat, begitu pula sebaliknya.
2. Titik Eutektik
Titik pada diagram fasa dimana pada saat pendinginan satu
fasa cair bertransformasi menjadi dua fasa padat, begitu pula sebaliknya.
3. Titik Peritektik
Titik pada diagram fasa dimana pada
saat pendinginan dua fasa padat cair bertransformasi menjadi satu fasa padat,
begitu pula sebaliknya.
Diagram
Kesetimbangan Fasa
Diagram yang berfungsi menentukan pendinginan yang
cocok sesuai kadar karbon dan untuk mendapatkan sifat mekanik yang diinginkan
Garis Acm
Garis
kelarutan Carbon pada besi Gamma (Austenite)
Garis
A3
Garis
temperature dimana terjadi perubahan Ferrit menjadi Autenite (Gamma) pada
pemanasan.
Garis
A1
Garis
temperature dimana terjadi perubahan Austenite (Gamma) menjadi Ferrit pada
pendinginan.
2.4 Fraksi Fasa
Komposisi
fasa pada paduan logam
§ Komposisi fasa
§ Komposisi paduan
2.5 Faktor yang mempengaruhi Heat
Treatment
¡ Kecepatan
pendinginan
Semakin cepat kecepatan pendinginan
maka kekerasan material juga semakin tinggi.
¡ Komposisi kimia bahan atau kadar karbon
Semakin tinggi kandungan karbon maka semakin keras baja karena cenderung
untuk membentuk struktur BCT, sehingga atom sulit bergerak.
¡ Kecepatan
Pemanasan
Semakin cepat waktu pemanasan maka
semakin besar delay yang diberikan.
¡ Temperatur
pemanasan
Jika dipanaskan melebihi
temperature 9120C maka butir akan menjadi kasar. Akibatnya
sifat material menjadi lebih lunak sehingga tidak cocok untuk digunakan.
¡ Waktu
Penahanan
Waktu penahanan yang terlalu lama
akan meyebabkan pengkasaran butir (pelunakan).
BAB III
Metodologi
3.1 Peralatan Percobaan
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
Adapun peralatan dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah
A.
Alat
1.
Tungku
Nabertherm
2.
Amplas
Belt
3.
Rockwell
Tester
4.
Tang
Penjepit
5.
SarungTanganSafety
6.
KainMajun
7.
Spidol
8.
Wadah
9.
Penjepit spesimen dari media quenhing
B.
Bahan
1.
Spesimen dengan
tinggi 2 cm dan diameter 2 cm
2.
Kertas Amplas
Belt 120 Mesh
3.
Media quenching (oli)
3.2 Skema Alat
Skema alat praktikum heat treatment dapat dilihat pada Gambar 3.1
Skema alat praktikum heat treatment dapat dilihat pada Gambar 3.1
Gambar 3.1 Skema
Alat Heat Treatment
3.3 ProsedurPercobaan
1.
Masukkan
specimen baja ASS AB 760 kedalamTungku Nabertherm
2.
Hidupkan Tungku Nabertherm
3.
Input
temperatur pada tungku hingga 9120C
4.
Panaskan selama 60 menit
5.
Setelah spesimen dipanaskan selama 60 menit, kemudian lakukan proses holding selama 2 jam.
6.
Matikan tungku dan lakukan pendinginan dengan masing-masing media yakni dengan dicelupkan dalam oli, pendinginan pada temperatur kamar, dan didiamkan di dalam tungku.
7.
Bersihkan
specimen hasil percobaan dan haluskan permukaannya dengan amplas belt
8.
Ukur kekerasan menggunakan rockwell hardness tester. (3 kali)
BAB IV
Data dan Pembahasan
4.1 Data Hasil Percobaan
No. Titik
Pengujian
|
Media Pendingin(HRA)
|
||
Oli(Q)
|
Udara(N)
|
Tungku(A)
|
|
1
|
53,4
|
39,9
|
36,9
|
2
|
51,9
|
40,9
|
44,9
|
3
|
53,9
|
50,9
|
41,9
|
4.2 Perhitungan
·
Normalizing
|
Anealing
|
|||||
HRA
|
BHN
|
HRA
|
BHN
|
HRA
|
BHN
|
|
1
|
53,4
|
172
|
39,9
|
107,8
|
36,9
|
25
|
2
|
51,9
|
163
|
40,9
|
112
|
44,9
|
127,6
|
3
|
53,9
|
175,3
|
50,4
|
155
|
41,9
|
116,2
|
Rata-rata
|
53,06667
|
170,1
|
43,73333
|
124,9333
|
41,23333
|
89,6
|
Berdasarkan perhitungan diatas didapatkan grafik perbandingan antara nilai kekerasan terhadap metode pendinginan sesuai yang
terlihat pada Gambar 4.1 dan Gambar 4.2
Gambar 4.1 Grafiknilaikekerasan HRD
vsmetodependinginan
Gambar 4.2 Grafiknilaikekerasan BHN
vsmetodependinginan
4.4 Analisa
Percobaan heat treatment adalah
praktikum yang bertujuan untuk mengetahui akibat dari perlakuan panas terhadap
material dengan beberapa
perlakuan yang berbeda. Perlakuan panas kali ini menggunakan metode pendinginan quenching, normalizing, dan annealing.
Dari data yang didapat kali ini hasil praktikum cocok dengan teori yaitu
nilai kekerasan material dipengaruhi oleh media pendinginannya setelah
pemanasan yaitu yang paling besar adalah dengan menggunakan oli (quenching), lalu dengan menggunakan media udara (normalizing), dan yang paling kecil nilai
kekerasannya adalah dengan didiamkan didalam tungku (annealing).
Grafik kali ini dibuat dengan plot nilai kekerasan BHN terhadap proses quenching,normalizing,dan annealing. Pada grafik juga disertakan nilai-nilai
maksimum, rata-rata, dan minimum. Pada grafik dapat dilihat nilai BHN
minimum dari annealing berbeda sangat
jauh dengan nilai maksimumnya. Hal ini dikarenakan pada tabel konversi nilai kekerasan yang digunakan
menunjukkan salah satu nilai BHN yang akan dinterpolasikan bernilai nol (pada tabel berupa tanda - )
Kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi pada praktikum ini dapat
disebabkan oleh kekurang-telitian praktikan dalam mengukur dimensi,saat
mengamplas tidak rapi dan juga alat uji keras rockwell yang digunakan sudah
tidak terkalibrasi dengan baik sehingga nilai-nilainya kurang teliti.
BAB V
Penutup
5.1
Kesimpulan
Setelah
dilaksanakannya praktikum heat treatment
maka dapat disimpulkan bahwa:
1. Prosedurperlakuan panas dimulai dengan
memanaskan spesimen (heating)
pada tungku pembakaran,
kemudian dilakukan
penahanan temperatur, lalu didinginkan dengan menggunakan
metode queching, normalizing,
dan anealing.
2. Perlakuan
pendinginan yang menghasilkan material yang paling keras adalah quenching,lalu normalizing,dan yang terakhirannealing.
5.2
Saran
Berikut adalah saran untuk praktikan selanjutnya agar mendapatkan hasil yang lebih optimal saat praktikum:
1.Gunakan sarung tangan saat mengamplas.
1.Gunakan sarung tangan saat mengamplas.
2.Teliti dalam menggunakan alat uji keras.
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1. Jelaskan tujuan dilakukannya proses Heat Treatment
pada material !
2. Apa specimen yang digunakandalam proses Heat
Treatment dan kenapa menggunakan spesimen tersebut ?
3. Jelaskan sifat polymorphic pada material!
4. Apa sifat mekanik yang didapatkan pada proses heat treatment?
5. Jelaskan hubungan antara kekerasan material terhadap
sifat mekanik lainnya !
TUGAS SEBELUM PRAKTIKUM
1.
Bagaimana mekanisme terbentuknya fasa martensite?
2.
Kenapa memakai
temperature 912˚C sebagai temperature pemanasan pada proses
Heat Treatment?
3.
Jelaskan perbedaan
media quenching air garam, air dan oli? Dan
kenapa dalam praktikum menggunakan media quenching oli?
4.
Apakah spesimen
yang telah diberikan perlakuan panas misal spesimen quenching,
jika di panaskan kembali pada temperatur austenit dan didinginkan secara anealing . Apa fasa yang
akan terbentuk?
5.
Pada diagram fasa Pb-Sn ketika suatu spesimen dengan komposisi Sn 40% dipanaskan pada temperatur 220°C. Fasa apakah yang
terbentuk? Dan berapa persen fraksi masing-masing fasanya?
Produk Petrofer Oil tersedia untuk semua kebutuhan industri seperti :
BalasHapusMetal working fluid, Metal forming lubricants, Die casting, Forging, Hidrolik oil, Slide way, Gear oil, Cutting oil, Quenching oil dan berbagai jenis chemicals.
Anda dapat menemukan informasi terbaru mengenai kami pada halaman ini. Perusahaan kami terus berkembang dan berevolusi. Kami menyediakan beragam layanan. Misi kami adalah menyediakan solusi terbaik yang dapat membantu semua orang.
PETROFER OIL & CHEMICAL
AFTER MARKETING
TOMMY.K
KONTAK
(081310849918)